Minggu, September 23, 2012

A Last Chance


A Last Chance’ Part 1
By Vera Fernanda





Seoul, 13 Agustus 2010
                                                                                              
Wanita berparas cantik dengan rambut yang tergerai panjang itu sedang menyusuri jalanan basah kota Seoul dengan mobil BMW abad-20 yang dikemudikannya. Sedari tadi ia hanya terpaku pada jalan satu arah yang dilewatinya. Bulir-bulir air dari matanya perlahan jatuh ke pipi putih yang kini terbasahi itu.Memori tentang kejadian yang lalu kembali membuatnya membenci orang yang dikasihinya.Orang yang dengan teganya mengkhianatinya dan menyia-nyiakan cintanya yang telah dipertahankan selama 5 tahun silam.

Han Min Ah, nama yeoja yang masih dengan setia mengemudikan mobilnya tanpa mengetahui arah tujuannya itu. Laju mobilnya melambat ketika ia melihat taman kota disamping kanannya. Sambil memutar kemudi sedikit ke kanan, ia pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah ia beranjak dari dalam mobil dan memastikan mobil itu sudah terkunci, dengan langkah gontai ia berjalan perlahan menuju bangku panjang yang terletak tidak jauh dari pandangannya.

“Hah~” Desahnya.Bulir air mata yang sebelumnya sudah jatuh kini makin jatuh dengan derasnya dari sudut matanya.Ditangkupkan wajahnya pada kedua telapak tangannya dan tangisnya makin menjadi.Sesegukan kini terdengar dari mulutnya.

“Wae? (Kenapa?)” Lirihnya.

***



FLASHBACK


Tokyo, 9 Agustus 2005


Seorang gadis berjalan riang diantara taman sakura yang terletak tak jauh dari sekolahnya. Ia melewati jalanan yang dilebati oleh bunga-bunga sakura yang berjatuhan. Langkahnya terhenti tak jauh dari sebuah bangku panjang berwarna cokelat.Tepat diatasnya, duduk seorang lelaki bertubuh jangkung dengan rambut berwarna cokelat terang yang tertata rapi sedang membaca buku yang ditempatkan di atas kedua telapak tangannya dengan sangat serius. Gadis itu tersenyum. Lalu perlahan, ia berjalan sambil menjinjitkan kakinya dan berjalan ke belakang tubuh lelaki itu. Tangannya sudah siap di belakang bahu lelaki itu tanpa menyentuhnya. Sambil menghitung dalam hati, ia pun memukul pelan bahu itu.

“DORR!!” Teriaknya. Namun lelaki itu tidak bergeming dan hanya diam sambil menatap lembaran kertas yang tersusun rapi dihadapannya.

“Ck!” Dengus gadis itu kesal. Dihentakkannya kakinya kasar, lalu ikut duduk disamping lelaki itu.

“Kau menyebalkan” Ujarnya masih dengan ekspresi kesalnya.

“Apanya?” Tanya lelaki berwajah tampan itu dengan datarnya.

“Eoh? Kau pura-pura tidak tahu eoh? Cih, dasar lelaki dingin. Pantas saja sampai sekarang tidak ada satupun wanita yang menyukaimu” Terang gadis itu.

Lelaki yang sedari tadi tidak banyak mengeluarkan kata-kata itu menutup bukunya kasar dan meletakkannya di sebelahnya, kemudian ia menoleh kearah gadis yang berada disampingnya.

“Ada banyak wanita yang mengantri untukku disana.Selama ini kau terlalu sibuk dengan pangeran idamanmu yang setiap saat kau pandangi itu dan bahkan membuatmu sampai tidak memperhatikanku. Jadi, jangan sok tahu tentangku, nona Han Min Ah” Jelas lelaki itu dengan sedikit meninggikan suaranya, kemudian ia beranjak dari bangku panjang tersebut dan meninggalkan gadis yang hanya mengerjapkan kedua kelopak matanya -bingung.

“Eh? Kenapa dengannya?” Lirih Han Min Ah, gadis sampai saat ini masih bingung dengan lelaki yang telah meninggalkannya itu.

.
.

            Tuk Tuk Tuk

            Pelajaran sedang berlangsung.Namun seorang gadis sedari tadi hanya mengetuk-ngetukkan penanya pada meja. Murid lainnya sedang menyalin soal yang sedang dituliskan dipapan tulis oleh Hanazawa Sensei, tetapi Min Ah–gadis itu matanya tidak tertuju pada papan tulis putih itu melainkan pada seorang lelaki yang tiba-tiba marah padanya dan memutuskan tidak duduk sebangku dengannya. Lelaki itu duduk dibangku depan tepat didepan meja guru yang terletak di sebelah kiri kelas.

            Soal telah selesai dikerjakan dipapan tulis,Hanazawa Sensei kembali duduk di kursinya.Matanya meneliti anak-anak yang sedang menyalin soal dipapan tulis. Namun ia melihat seorang muridnya tidak ikut menyalin seperti yang dilakukan oleh murid lainnya, malah murid itu dengan tenangnya melamun dan mengamati seseorang murid lainnya yang kini berada dihadapannya.

            “Han Min Ah!”

            Gadis yang dipanggil itu tidak bergeming, ia malah asik dengan lamunannya. Lelaki yang sedari tadi ditatapnya, kini menoleh padanya.Semburat merah tertera dikedua pipinya. Tiba-tiba ia jadi salah tingkah, dengan tidak sengaja ia menyenggol kotak pensil yang berada disamping sikunya dan mengeluarkan isi dalamnya. Ketika ia hendak memunguti isi kotak pensil yang berjatuhan, Hanazawa Sensei memanggilnya.

            “HAN MIN AH!”

            Oh My God!’Batinnya.

            “Apa yang sedang kau lakukan?”Tanya Hanazawa Sensei sambil menatapnya tajam.

            “Eh? Saya sedang akan memunguti isi kotak pensil saya yang terjatuh” Ucap Min Ah.

            “Kalau saja anda tidak mengganggu saya” Lirihnya, agar tidak terdengar oleh Hanazawa Sensei.

            “Tidak!Sebelumnya, apa yang kau lakukan?” Tanya Lee Seongnaenim.

            “Saya.. Saya..Saya sedang merangkum, Sensei.Iya, merangkum” Jawabnya asal. Dilihatnya temannya yang lain sedang berbisik sambil menatapnya.

            ‘Apa jawabanku salah?’Batinnya.

            “HAN MIN AH!KELUAR KAMU DARI KELAS!”Teriak Hanazawa Sensei sambil mengancungkan jari telunjuknyakearah pintu membuat Min Ah harus dengan segera pergi dari kelas itu.

            “Cih!”Dengusnya sambil menutup pintu kelas kasar.

.
.

            Seorang lelaki dengan langkah gelisahnya kini sedang berjalan melewati koridor. Tujuannya adalah tempat yang tak lain adalah taman sakura –tempat favoritnya dan Min Ah. Ia yakin, bahkan sangat yakin jika saat ini Min Ah sedang berada disana.

            Cukup lama lelaki itu berdiri di depan bangku panjang yang hanya ada satu di taman sakura itu, namun ia tidak kunjung mendapati Min Ah  sedang berada disana atau akan berkunjung ke tempat yang telah di cap sebagai tempat favoritnya.

            Lelaki itu akhirnya memutuskan untuk kembali karena ia merasa jika akan sia-sia jika ia terus-terusan menunggu seorang gadis yang tak kunjung datang.

            Ketika ia keluar dari taman sakura, ia menangkap siluet seorang gadis yang dicarinya sedari tadi. Min Ah, gadis itu berjalan dengan seorang lelaki lainnya, malah dengan tidak segannya ia tertawa dengan keras. Ia mengenali lelaki yang sedang berjalan dengan Min Ah, lelaki itu ialah lelaki yang dalam waktu belakangan ini sering diceritakan oleh Min Ah. Lelaki itulah pangerannya.

            Entah mengapa, ia merasa sesak melihat ekspresi dan sikap yang ditunjukkan Min Ah kepada lelaki itu. Tidak ingin sesak itu semakin menyelimutinya, dia pun memutuskan untuk enyah dari tempat itu.

.
.

            “Cho Young Hae~” Panggil Min Ah. Young Hae, lelaki jangkung berambut cokelat yang telah lama menjadi teman Min Ah itu tidak mempedulikan panggilan dari gadis yang kini tepat dihadapannya.

            “Yah!(Hei!)Jawab aku!”Teriak Min Ah dengan raut wajah kesalnya.Sudah seminggu Young Hae mendiaminya dan hingga kini lelaki itu tidak juga membalas setiap perkataannya, bahkan lebih sering mengacuhkannya.

“Young Hae-ah, bicaralah.Apa yang membuatmu berperilaku seperti ini padaku?”Tanya Min Ah lembut membuat Young Hae mengalihkan pandangan yang semula hanya pada buku kini jadi menatap Min Ah.

DEG!

Suara itu, entah degupan jantung milik siapa.Tapi tatapan ini membuat mereka saling pandang-memandang.Min Ah jadi orang pertama yang sadar terlebih dahulu langsung menolehkan kepalanya ke samping dan akhirnya Young Hae ikut tersadar karena Min Ah yang mengalihkan pandangan mereka.

“Nanti sepulang sekolah aku tunggu kau di taman.Jika kau tidak datang, aku anggap pertemanan kita selesai” Ucap Min Ah lalu berlalu meninggalkan Young Hae.

“Apa yang harus aku lakukan, Min Ah?”Lirih Young Hae.

.
.


            Han Min Ah mendengus kesal karena lelaki yang ditungguinya tak kunjung datang.Dia menendang-nendang kerikil yang tak berdosa dengan ujung kakinya.Tiupan angin terasa semakin kencang.Bunga-bunga sakura yang berjatuhan pun ikut berterbangan. Tampaknya hari akan hujan karena langit tidak lagi secerah tadi pagi. Padahal disebuah acara berita diramalkan langit akan cerah. Namun, apa yang dapat ia lakukan? Jika Tuhan telah berkehendak, segalanya tidak akan dapat diubah.

            Min Ah mengelus lengan kirinya –kedinginan. Gadis itu hanya memakai seragam berlengan pendek dan rok selutut, jadi wajar saja jika ia merasa kedinginan. Bukannya beranjak pergi ketempat yang hangat, ia malah duduk sambil mengeratkan tubuhnya dengan kedua tangannya.

Hujan mulai turun membasahi bumi.Seluruh permukaan dibuat basah oleh miliaran butiran air yang berjatuhan.Tak terkecuali permukaan tubuh seorang gadis yang ikut diguyur oleh derasnya air yang berjatuhan.Wajahnya kini mulai memucat, bibirnya membiru dan tubuhnya bergetar hebat.

BRUK!

            Tubuh gadis cantik itu terjatuh di tanah basah didepan kursi yang didudukinya. Samar-samar ia mendengar suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya meneriakinya dan saat itu pula ia memejamkan matanya.

.
.
.

Seorang gadis terbaring lemah di sebuah ruangan inap di rumah sakit.

"Eum~" Lenguhnya. Ia membuka matanya secara perlahan. Matanya terlihat sayu.Bias-bias cahaya yang menerobos masuk ke dalam kornea matanya membuatnya sulit untuk membukakan matanya.

Ketika iamencoba bangkit dari posisi berbaringnya, rasa perih menyelimuti tubuhnya. Terlebih pada pergelangan tangannya. Dilihatnya, selang bening dengan cairan yang bening pula telah melekat erat ditangannya dan ditutupi oleh perekat.Ia yakin jika jarum halus telah bersarang didalam kulit tangannya.

"Hah~" Hembusan nafasnya terdengar berat. Min Ah kembali berbaring. Ditolehkan pandangannya ke kiri pada beberapa tangkai bunga mawar merah yang terangkai indah di sebuah vas kaca yang terletak diatas meja nakas tepat di sebelah tempat tidurnya. Sudut bibirnya pun tertarik, ia tersenyum.

"Young Hae" Gumamnya.

CLEK!

Pintu kamar itu terbuka. Mata Min Ah terbuka lebar, ketika melihat seseorang yang membuka pintu itu kini berjalan mendekatinya.

"Min Ah"

.
.

T.B.C


Posted by : V.F (Vera Fernanda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar