‘A Last Chance’ Part 1
By Vera Fernanda
Seoul, 13 Agustus 2010
Wanita berparas cantik dengan rambut yang tergerai
panjang itu sedang menyusuri jalanan basah kota Seoul dengan mobil BMW abad-20
yang dikemudikannya. Sedari tadi ia hanya terpaku pada jalan satu arah yang
dilewatinya. Bulir-bulir air dari matanya perlahan jatuh ke pipi putih yang
kini terbasahi itu.Memori tentang kejadian yang lalu kembali membuatnya
membenci orang yang dikasihinya.Orang yang dengan teganya mengkhianatinya dan
menyia-nyiakan cintanya yang telah dipertahankan selama 5 tahun silam.
Han Min Ah, nama yeoja yang masih dengan setia
mengemudikan mobilnya tanpa mengetahui arah tujuannya itu. Laju mobilnya
melambat ketika ia melihat taman kota disamping kanannya. Sambil memutar kemudi
sedikit ke kanan, ia pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah ia
beranjak dari dalam mobil dan memastikan mobil itu sudah terkunci, dengan
langkah gontai ia berjalan perlahan menuju bangku panjang yang terletak tidak
jauh dari pandangannya.
“Hah~” Desahnya.Bulir air mata yang sebelumnya sudah
jatuh kini makin jatuh dengan derasnya dari sudut matanya.Ditangkupkan wajahnya
pada kedua telapak tangannya dan tangisnya makin menjadi.Sesegukan kini
terdengar dari mulutnya.
“Wae? (Kenapa?)” Lirihnya.
***
FLASHBACK
Tokyo, 9 Agustus 2005
Seorang gadis berjalan riang diantara taman sakura
yang terletak tak jauh dari sekolahnya. Ia melewati jalanan yang dilebati oleh
bunga-bunga sakura yang berjatuhan. Langkahnya terhenti tak jauh dari sebuah
bangku panjang berwarna cokelat.Tepat diatasnya, duduk seorang lelaki bertubuh
jangkung dengan rambut berwarna cokelat terang yang tertata rapi sedang membaca
buku yang ditempatkan di atas kedua telapak tangannya dengan sangat serius.
Gadis itu tersenyum. Lalu perlahan, ia berjalan sambil menjinjitkan kakinya dan
berjalan ke belakang tubuh lelaki itu. Tangannya sudah siap di belakang bahu
lelaki itu tanpa menyentuhnya. Sambil menghitung dalam hati, ia pun memukul
pelan bahu itu.
“DORR!!” Teriaknya. Namun lelaki itu tidak bergeming
dan hanya diam sambil menatap lembaran kertas yang tersusun rapi dihadapannya.
“Ck!” Dengus gadis itu kesal. Dihentakkannya kakinya
kasar, lalu ikut duduk disamping lelaki itu.
“Kau menyebalkan” Ujarnya masih dengan ekspresi kesalnya.
“Apanya?” Tanya lelaki berwajah tampan itu dengan
datarnya.
“Eoh? Kau pura-pura tidak tahu eoh? Cih, dasar lelaki
dingin. Pantas saja sampai sekarang tidak ada satupun wanita yang menyukaimu”
Terang gadis itu.
Lelaki yang sedari tadi tidak banyak mengeluarkan
kata-kata itu menutup bukunya kasar dan meletakkannya di sebelahnya, kemudian
ia menoleh kearah gadis yang berada disampingnya.
“Ada banyak wanita yang mengantri untukku
disana.Selama ini kau terlalu sibuk dengan pangeran idamanmu yang setiap saat
kau pandangi itu dan bahkan membuatmu sampai tidak memperhatikanku. Jadi,
jangan sok tahu tentangku, nona Han Min Ah” Jelas lelaki itu dengan sedikit
meninggikan suaranya, kemudian ia beranjak dari bangku panjang tersebut dan
meninggalkan gadis yang hanya mengerjapkan kedua kelopak matanya -bingung.
“Eh? Kenapa dengannya?” Lirih Han Min Ah, gadis sampai
saat ini masih bingung dengan lelaki yang telah meninggalkannya itu.
.
.
Tuk Tuk Tuk
Pelajaran sedang
berlangsung.Namun seorang gadis sedari tadi hanya mengetuk-ngetukkan penanya
pada meja. Murid lainnya sedang menyalin soal yang sedang dituliskan dipapan
tulis oleh Hanazawa Sensei, tetapi Min Ah–gadis itu matanya tidak tertuju pada
papan tulis putih itu melainkan pada seorang lelaki yang tiba-tiba marah
padanya dan memutuskan tidak duduk sebangku dengannya. Lelaki itu duduk
dibangku depan tepat didepan meja guru yang terletak di sebelah kiri kelas.
Soal telah selesai
dikerjakan dipapan tulis,Hanazawa Sensei kembali duduk di kursinya.Matanya meneliti
anak-anak yang sedang menyalin soal dipapan tulis. Namun ia melihat seorang
muridnya tidak ikut menyalin seperti yang dilakukan oleh murid lainnya, malah
murid itu dengan tenangnya melamun dan mengamati seseorang murid lainnya yang
kini berada dihadapannya.
“Han Min Ah!”
Gadis yang dipanggil itu
tidak bergeming, ia malah asik dengan lamunannya. Lelaki yang sedari tadi
ditatapnya, kini menoleh padanya.Semburat merah tertera dikedua pipinya.
Tiba-tiba ia jadi salah tingkah, dengan tidak sengaja ia menyenggol kotak
pensil yang berada disamping sikunya dan mengeluarkan isi dalamnya. Ketika ia
hendak memunguti isi kotak pensil yang berjatuhan, Hanazawa Sensei
memanggilnya.
“HAN MIN AH!”
‘Oh My God!’Batinnya.
“Apa yang sedang kau
lakukan?”Tanya Hanazawa Sensei sambil menatapnya tajam.
“Eh? Saya sedang akan
memunguti isi kotak pensil saya yang terjatuh” Ucap Min Ah.
“Kalau saja anda tidak
mengganggu saya” Lirihnya, agar tidak terdengar oleh Hanazawa Sensei.
“Tidak!Sebelumnya, apa
yang kau lakukan?” Tanya Lee Seongnaenim.
“Saya.. Saya..Saya sedang
merangkum, Sensei.Iya, merangkum” Jawabnya asal. Dilihatnya temannya yang lain
sedang berbisik sambil menatapnya.
‘Apa jawabanku
salah?’Batinnya.
“HAN MIN AH!KELUAR KAMU
DARI KELAS!”Teriak Hanazawa Sensei sambil mengancungkan jari telunjuknyakearah
pintu membuat Min Ah harus dengan segera pergi dari kelas itu.
“Cih!”Dengusnya sambil
menutup pintu kelas kasar.
.
.
Seorang lelaki dengan langkah gelisahnya kini sedang berjalan melewati
koridor. Tujuannya adalah tempat yang tak lain adalah taman sakura –tempat
favoritnya dan Min Ah. Ia yakin, bahkan sangat yakin jika saat ini Min Ah
sedang berada disana.
Cukup lama lelaki itu
berdiri di depan bangku panjang yang hanya ada satu di taman sakura itu, namun
ia tidak kunjung mendapati Min Ah sedang
berada disana atau akan berkunjung ke tempat yang telah di cap sebagai tempat
favoritnya.
Lelaki itu akhirnya
memutuskan untuk kembali karena ia merasa jika akan sia-sia jika ia
terus-terusan menunggu seorang gadis yang tak kunjung datang.
Ketika ia keluar dari
taman sakura, ia menangkap siluet seorang gadis yang dicarinya sedari tadi. Min
Ah, gadis itu berjalan dengan seorang lelaki lainnya, malah dengan tidak
segannya ia tertawa dengan keras. Ia mengenali lelaki yang sedang berjalan
dengan Min Ah, lelaki itu ialah lelaki yang dalam waktu belakangan ini sering
diceritakan oleh Min Ah. Lelaki itulah pangerannya.
Entah mengapa, ia merasa
sesak melihat ekspresi dan sikap yang ditunjukkan Min Ah kepada lelaki itu.
Tidak ingin sesak itu semakin menyelimutinya, dia pun memutuskan untuk enyah
dari tempat itu.
.
.
“Cho Young Hae~” Panggil
Min Ah. Young Hae, lelaki jangkung berambut cokelat yang telah lama menjadi
teman Min Ah itu tidak mempedulikan panggilan dari gadis yang kini tepat
dihadapannya.
“Yah!(Hei!)Jawab
aku!”Teriak Min Ah dengan raut wajah kesalnya.Sudah seminggu Young Hae
mendiaminya dan hingga kini lelaki itu tidak juga membalas setiap perkataannya,
bahkan lebih sering mengacuhkannya.
“Young Hae-ah, bicaralah.Apa yang membuatmu
berperilaku seperti ini padaku?”Tanya Min Ah lembut membuat Young Hae
mengalihkan pandangan yang semula hanya pada buku kini jadi menatap Min Ah.
DEG!
Suara itu, entah degupan jantung milik siapa.Tapi
tatapan ini membuat mereka saling pandang-memandang.Min Ah jadi orang pertama
yang sadar terlebih dahulu langsung menolehkan kepalanya ke samping dan
akhirnya Young Hae ikut tersadar karena Min Ah yang mengalihkan pandangan
mereka.
“Nanti sepulang sekolah aku tunggu kau di taman.Jika
kau tidak datang, aku anggap pertemanan kita selesai” Ucap Min Ah lalu berlalu
meninggalkan Young Hae.
“Apa yang harus aku lakukan, Min Ah?”Lirih Young Hae.
.
.
Han Min Ah mendengus kesal karena lelaki yang ditungguinya tak kunjung datang.Dia
menendang-nendang kerikil yang tak berdosa dengan ujung kakinya.Tiupan angin
terasa semakin kencang.Bunga-bunga sakura yang berjatuhan pun ikut
berterbangan. Tampaknya hari akan hujan karena langit tidak lagi secerah tadi
pagi. Padahal disebuah acara berita diramalkan langit akan cerah. Namun, apa
yang dapat ia lakukan? Jika Tuhan telah berkehendak, segalanya tidak akan dapat
diubah.
Min Ah mengelus lengan
kirinya –kedinginan. Gadis itu hanya memakai seragam berlengan pendek dan rok
selutut, jadi wajar saja jika ia merasa kedinginan. Bukannya beranjak pergi
ketempat yang hangat, ia malah duduk sambil mengeratkan tubuhnya dengan kedua
tangannya.
Hujan mulai turun membasahi bumi.Seluruh permukaan
dibuat basah oleh miliaran butiran air yang berjatuhan.Tak terkecuali permukaan
tubuh seorang gadis yang ikut diguyur oleh derasnya air yang
berjatuhan.Wajahnya kini mulai memucat, bibirnya membiru dan tubuhnya bergetar
hebat.
BRUK!
Tubuh gadis cantik itu
terjatuh di tanah basah didepan kursi yang didudukinya. Samar-samar ia
mendengar suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya meneriakinya dan saat itu
pula ia memejamkan matanya.
.
.
.
Seorang gadis terbaring lemah
di sebuah ruangan inap di rumah sakit.
"Eum~" Lenguhnya. Ia
membuka matanya secara perlahan. Matanya terlihat sayu.Bias-bias cahaya yang
menerobos masuk ke dalam kornea matanya membuatnya sulit untuk membukakan
matanya.
Ketika iamencoba bangkit dari
posisi berbaringnya, rasa perih menyelimuti tubuhnya. Terlebih pada pergelangan
tangannya. Dilihatnya, selang bening dengan cairan yang bening pula telah
melekat erat ditangannya dan ditutupi oleh perekat.Ia yakin jika jarum halus
telah bersarang didalam kulit tangannya.
"Hah~" Hembusan
nafasnya terdengar berat. Min Ah kembali berbaring. Ditolehkan pandangannya ke
kiri pada beberapa tangkai bunga mawar merah yang terangkai indah di sebuah vas
kaca yang terletak diatas meja nakas tepat di sebelah tempat tidurnya. Sudut
bibirnya pun tertarik, ia tersenyum.
"Young Hae"
Gumamnya.
CLEK!
Pintu kamar itu terbuka. Mata
Min Ah terbuka lebar, ketika melihat seseorang yang membuka pintu itu kini
berjalan mendekatinya.
"Min Ah"
.
.
T.B.C
Posted by : V.F (Vera Fernanda)
Posted by : V.F (Vera Fernanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar